SUARARAKYATINDO.COM, Bima – Amerika Serikat (AS) terus mengerahkan pasukan militer ke sejumlah negara Eropa, diiringi dengan terus berdatangannya ribuan senjata dari negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) ke Ukraina, akhirnya direspons Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Joe Biden, Presiden Amerika Serikat saat berbicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO akhir Juni 2022 lalu, secara resmi mengumumkan pengerahan tambahan pasukan ke sejumlah negara Eropa.
Satu hal yang pasti akan dibuat oleh Amerika adalah pangkalan militer di Polandia. Pos Komando Garis Depan Korps V Angkatan Bersenjata Amerika Serikat (US Armed Forces), akan melengkapi unit militer AS yang sudah berbasis di Rumania.
Biden juga memberi kepastian bahwa Amerika akan menambah skuadron jet tempur siluman F-35 Lightning II ke Inggris, dan sejumlah armada kapal perang ke Spanyol.
Saat itu sikap Amerika Serikat dan NATO sama sekali tidak direspon oleh Rusia. Di sisi lain, pasukan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) malah berhasil merebut kendali Oblast (Provinsi) Luhansk yang berada di wilayah timur Ukraina.
Bahkan unit militer Rusia sudah hampir menguasai seluruh wilayah Oblast (Provinsi) Donetsk, yang juga dihuni oleh kelompok separatis pro-Rusia, Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Amerika dan sekutunya dalam NATO menuding Rusia tak mengindahkan peringatan yang sudah diberikan. Aliansi pertahanan negara Barat itu juga menganggap Rusia sama sekali tidak punya keinginan untuk berdamai dan menghentikan agresi di Ukraina.
Selama hampir lima bulan Operasi Militer Khusus Rusia berlangsung di Ukraina, Putin akhirnya angkat suara. Dengan tegas, mantan perwira Badan Intelijen Uni Soviet (KGB) ini mempersilahkan Amerika dan sekutunya untuk turun ke medan perang melawan Rusia.
“Kami mendengar akhir-akhir ini bahwa mereka (Barat) ingin mengalahkan kami di medan perang. Apa yang bisa Anda katakan? Biarkan mereka mencobanya,” ucap Putin dikutip *Suara Rakyat Indo* dari Kantor Berita Rusia, _TASS_.
Putin juga membantah tuduhan Amerika dan negara-negara anggota NATO, yang menyebut Rusia tidak memiliki itikad baik untuk melakukan negosiasi gencatan senjata.
Putin malah menuduh balik Amerika dan NATO lah yang justru tak bersedia untuk berhadapan langsung dengan Rusia, di meja perjanjian perdamaian.
“Kami tidak menyerah pada pembicaraan damai. Tetapi mereka yang menolak untuk berbicara, harus mengetahui bahwa semakin lama mereka melakukannya, semakin sulit untuk mencapai kesepakatan dengan kami,” kata Putin.