Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Kolom

6 Juni, Mengenang Kelahiran Sang Penyambung Lidah Rakyat

×

6 Juni, Mengenang Kelahiran Sang Penyambung Lidah Rakyat

Sebarkan artikel ini
6 Juni, Mengenang Kelahiran Sang Penyambung Lidah Rakyat
Mengenang Sang Penyambung Lidah Rakyat. Ir Soekarno lahir pada Tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya.

Oleh: Ajonk

Mengenang Sang Penyambung Lidah Rakyat. Ir Soekarno lahir pada Tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya. Orang-orang menyebut bulan Juni merupakan bulannya bung Karno.

Example parallax

Khusus di bulan kelahiran bung Karno, kami mencoba merangkum perjalanan panjang sang penyambung Lidah Rakyat. Karena hal itu sangat penting untuk kita, karna kalau tidak ada Bung Karno maka, kita tidak tau bagaimana sejarah kemerdekaan.

Bung Karno merupakan Presiden pertama Republik Indonesia dan menjadi bapak proklamator kita. Jasa-jasanya perlu kita kenang, bahkan hari kelahirannya tentunya tidak dilupakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Biografi Singkat Bung Karno

Dikutip dari buku Bung Karno yang berjudul Penyambung Lidah Rakyat, buku ini terjemahan  dari karya Cindy Adam Mengenai bung Karno otobiografi Bung Karno yang telah di cetak berkali-kali,
pertama diterbitkan pada tahun 1966.
6 juni, Bung Karno menyebutkan bahwa bernasib baik lahir pada tanggal itu sebab di bawah bintang gemini, yang mana lambang anak kembar, Itulah sifat yang sebenarnya.

Dua sifat yang bertentangan disatu sisi, bung karno bisa lemah lembut, disisi lain bisa keras bagai baja. Memang harus seperti itu, ketika menjadi tokoh proklamator bangsa harus tegas, bijaksana, dan mampu menyesuaikan diri dalam kondisi apapun.

Saat Bung Karno lahir, saat itu bukan hanya awal dari hari yang baru, melainkan perjalanan abad yang baru. Bung Karno lahir 1901. Bagi Bangsa Indonesia  Abad ke-19 merupakan zaman yang gelap yang mana 80% Masyarakatnya masih buta huruf.

Sang Ibu, Ida Ayu Nyoman Rai Srimben berasal dari Singaraja, Bali. Ibu Bung Karno merupakan keturunan dari Kasta Brahmana, yang merupakan keturunan bangsawan. Raja Singaraja yang terakhir adalah paman dari ibu Bung Karno.

Sang Bapak,  Raden Sukemi Sosrodiharjo berasal dari Jawa, Raden merupakan gelar kebangsawanan dan sang bapak berasal dari keturunan Sultan Kediri. Pada 1915, Bung Karno pertama masuk sekolah di Hoogere Burger School (HBS) hanya anak orang-orang tertentu yang bisa masuk ke sekolah ini.

Baca Juga:  SMRC: Ganjar Unggul, Prabowo Dan Anies Bersaing di Posisi Kedua

Bung Karno berhasil menyelesaikan sekolahnya di HBS selama 5 tahun saja, dia tinggal bersama gurunya Hos Tjokroaminoto. Tjokroaminoto merupakan salah satu toko dan juga Ketua Sarekat Islam (SI).

Bung Karno banyak berguru pada Tjokroaminoto terutama perihal Ilmu Politik. Semenjak dekat dengan gurunya itu, Sukarno Muda banyak mengenal tokoh-tokoh senior pergerakan.

Tak hanya mengenal Politik, Sukarno Muda juga sudah pandai menulis. Pada Tanggal 21 Januari 1921 artikel pertama sudah terbit di halaman koran Oetosan Hindia milik Sarekat Islam.

Pada Tanggal 10 Juni 1921, Bung Karno lulus dari HBS Tanggal 11 Juni rencana yang dia susun sejak lama, gagal total. Kebanyakan teman-temannya Bung Karno bermaksud melanjutkan sekolah ke Belanda. Namun sang ibu tidak setuju sama sekali dengan keputusan Bung Karno.

Pada akhirnya diwaktu yang sama, Bung Karno memutuskan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Tinggi Teknik (Technisc Hooge School) kalau sekarang Institut Tekhnologi Bandung Jurusan Tehnik Sipil. Bung Karno lulus dengan Gelar Insinyur pada Tanggal 25 Mei 1926.

Setelah lulus dari kuliah, gerak politik Bung Karno berlanjut hingga pada akhirnya mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) di Bandung Pada 4 Juli 1927. Pasca Sarekat Rakyat dinyatakan terlarang, yang mana sebelumnya, Sarekat Islam sudah terpecah.

Memang sebelumnya mempunyai kendali atas kebijakan-kebijakan sewaktu itu. dengan dukungan enam kawannya dari Algemene Studie club, Bung Karno mendirikan PNI. “Setelah terbentuknya PNI Bung Karno menyatakan sudah siap dan Rakyat sudah siap. Sekarang tidak ada yang dapat menahan kami kecuali Belanda”, Ungkapnya.

Pada Kongres PNI 1928, penangkapan selalu membayangi Bung karno dan kawan-kawan hingga pada akhirnya Bung Karno ditangkap dan dituduh melakukan pemberontakan, penghasutan, dan pengacau terhadap pemerintah Belanda.

Kemudian, Bung Karno dibawa Penjara Banceuy, penjara yang dibangun abad ke-19 keadaanya sangat kumuh, bobrok dan usang. Penangkapan terhadap Bung Karno tak hanya terjadi sekali saja. Pada 1 Agustus 1933, dia ditangkap atas tuduhan melakukan kegiatan menyebarkan pikirannya yang revolusioner dan menantang Belanda, Bung Karno pun dibuang ke Ende Flores pada 1934 dan dipindah ke bengkulu 1937.

Baca Juga:  Sajak Umi Nurhayati Doa Orang Miskin

Setelah keluar dari penjara akhirnya bung karno pindah ke surabaya, setiap pergerakan dan aktivitasnya di awasi dengan ketat. Inggit yang di sampingnya selalu mengingatkan itu agar bung karno selalu waspada. Menghukum Bung Karno berarti menghukum seluruh pergerakan, Belanda mengetahui itu.

Setelah Bung karno di jebloskan ke penjara Sukamiskin, PNI secara resmi dinyatakan sebagai partai terlarang. Tak berhenti disitu kawan kawan Bung Karno akhirnya mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Pada tanggal 28 Juli 1932, Bung Karno bergabung dengan partindo dan dengan suara bulat terpilih sebagai ketua. Pasca itu dunia pergerakan hidup kembali.

Pada 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Moh Hatta, dan sejumlah pemuda antara lain Chaerul Saleh, Wikana, dan Soekarno Keduanya diculik dari Jalan Menteng 31, Jakarta menuju Rengasdengklok, Karawang. Penculikan tersebut berlangsung sekitar pukul 03.00 dini hari, sehari menjelang kemerdekaan Indonesia.

Syahrir yang secara diam-diam membakar semangat para pemuda. Syahrir selalu mencemooh Bung Karno dibelakang agar para pemuda mau melakukan itu dan mendesak Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan, di Rengasdengklok. Hingga pada akhirnya Bung Karno memilih tanggal 17 Agustus 1945 karena bertepatan dengan bulan Ramadhan.

Proklamasi kemerdekaan pun dilakukan pada Tanggal 17 Agustus 1945, kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945. Bung Karno dan Moh Hatta akhirnya di angkat oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekarno dan Mohammad Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden pertama Negara Republik Indonesia.