Oleh; Umi Nurhayati
“Jiwa Yang Bersaudara”
Saat itu, aku tak memiliki kesempatan
Bertemu malam demi malam
Andai aku tahu, bila harapan-harapan terpenuhi
Pejalan sejati tak akan membalikkan
Fajar keraguan yang dahulu
Beralih menjadi kebahagiaan
Menguasai transendensi
Lebih dari sebuah tontonan
Jiwa yang paling bersaudara
Kepenganutan sosial terjaga
Ragamnya senantiasa merujuk pribadi sama
Barangkali, tak akan sia-sia bila bersama
Batin dan penjabarannya
Masih banyak yang ia sertakan
Wajah terluar, atau bahkan yang tak kasat
Membentuk ikatan, membangun persaudaraan
Yogyakarta, 16 Mei 2022
“Peziarah Timur”
Dengan memegangi sebuah kisah
Berkelana sebagai panggilan
Menjelang kepala tiga
Perjalanan jangka berbeda
Pengembaraan hanyalah panggilan
Menuju kebahagiaan batin yang mutlak
Menjadikan diri Peziarah Timur”
Berjumpa dengan yang termasyur
Majelis-majelis diskusi
Menandai tahap-tahap abadi
Mencatat halaman berdimensi
Merenungkan pribadi spiritual yang hakiki
Ia bahkan mengetahui
Nama-nama disepanjang visi
Membacakan syair yang menyenangkan hati
Begitulah kondisi Inderawi, yang beruang waktu ini
Yogyakarta, 16 Mei 2022
“Orang Bilang”
Tak semua jiwa memiliki anugrah
Dengan tegaknya berkata
Yang paling benar adalah “aku”
Sadarkah, pecinta kebijaksanaan tak sepertimu
Orang bilang menjadi baik itu penting
Orang juga bilang menjadi bijak itu lebih penting
Maka, jangan marah bila
Setiap orang menetapkan ukuran
Bukankah jiwa itu berkehendak bebas
Ingin menjadi cetakan ataupun hasil
Ingin menjadi ikan besar di kolam kecil
Atau justru ikan kecil di kolam besar
Menerima bentuk juga memberikan bentuk
Menunjukkan dirinya kepada diri-Nya
Tak ber-ruang atas ataupun bawah
Pengetahuan yang membebaskan, perbedaan yang mempertentangkan
Yogyakarta, 16 Mei 2022