SUARARAKYATINDO.COM – Jakarta, Pendaftaran Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) 2024 akan segera dibuka.
Dalam persiapan tersebut, terdapat kesepakatan antara Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas yang menarik perhatian. Mereka bersepakat memberikan kesempatan bagi lulusan pondok pesantren, khususnya pada jenjang Ma’had Aly, untuk mengikuti seleksi CPNS pada formasi penyuluh agama di bawah Kementrian Agama.
Menanggapi hal tersebut, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A., yang juga pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta, menyampaikan apresiasinya terhadap kebijakan ini.
“Alhamdulillah. Ini kabar bagus, dan sesuai dengan amanat UU Pesantren tahun 2019. Tentu saja ini menjadi peluang yang baik bagi lulusan pesantren. Kami mengapresiasi kebijakan ini. Semoga bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para alumni,” kata Gus Hilmy dalam keterangan tertulis kepada media.
Meskipun mendukung kebijakan tersebut, Gus Hilmy juga memberikan saran kepada Ma’had Ali dan Kemenag untuk mempertimbangkan aspek lain. Dia menekankan pentingnya pembekalan mahasiswa Ma’had Aly dengan keterampilan berbahasa asing non-Arab dan penguasaan teknologi informasi (IT).
“Membekali mahasiswa Ma’had Aly dengan IT di zaman sekarang ini menjadi tuntutan (red). Jadi selain memiliki keilmuan agama yang mumpuni, mahasiswa Ma’had Aly juga memiliki keterampilan yang lain,” jelasnya.
Gus Hilmy menyoroti pentingnya penguasaan IT karena hal itu merupakan bagian dari persaingan yang sehat, terutama dalam tahapan seleksi CPNS yang dilakukan secara komputerisasi.
“Konsekuensi dari bersaing ini adalah mahasiswa Ma’had Aly harus menguasai alat-alat pendukungnya (red). Padahal secara keilmuan sangat mumpuni,” ujar Gus Hilmy.
Gus Hilmy juga menegaskan bahwa dengan keterampilan dan keilmuan yang dimiliki, lulusan Ma’had Aly dapat menjalani karir yang lebih luas, termasuk menjadi dosen di perguruan tinggi.
Oleh karena itu, dia mendorong Kemenag untuk membuka kesempatan tersebut secara luas. “Perlu juga dibuka lebar kesempatan mereka menjadi dosen dan peneliti di perguruan tinggi, utamanya bagi mereka lulusan Ma’had Ali yang sudah lulus S2,” pungkas Gus Hilmy.