SUARARAKYATINDO.COM, Probolinggo – Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kabupaten Probolinggo, menggelar haul Almarhum Al Arif Billah KH. Moh. Hasan Genggong, pada Selasa (2/5/2023). Acara tersebut diikuti oleh Segenap Alumni dan Simpatisan.
Ulama yang dikenal dengan panggilan Kiai Hasan Sepuh Genggong ini lahir di Desa Sentong Kecamatan Krejengan, pada 27 Rojab 1259 H, atau bertepatan pada tahun 1840 M.
Tepat pada tanggal 11 Syawal, Selasa 2 Mei 2023 Ponpes Zainul Hasan Genggong menggelar acara Haul Kiai Sepuh yang ke-70 yang berlangsung pada pukul 09.00 WIB yang bertempat di Masjid Al-Barokah Genggong.
Kiai Hasan Sepuh adalah Kholifah kedua Pesantren Zainul Hasan Genggong itu wafat pada usia 115 tahun di Genggong pada 11 Syawal 1374 H atau bertepatan pada 1 Juni 1955 M. Dan Kiai Hasan Sepuh banyak yang mengetahuinya bahwa beliau adalah kekasih Allah (Wali Allah).
Dalam sambutannya, KH Hassan Ahsan Malik mengatakan, bahwa kalau manakib KH Hasan Sepuh di bacakan semua, maka tidak selesai sampai sore, akan tetapi jangan bosan-bosan untuk menceritakan atau membacakan sejarah orang-orang Sholeh.
“Saya sering bermimpi Rasulullah, dan KH Hasan Sepuh selalu bersama dengan Rasulullah,” ungkap KH Hassan Ahsan Malik saat membacakan Manaqib Kiai Hasan Sepuh.
Dalam keterangan Nun Alex sapaan akrabnya, singkat cerita. Ada seorang Santri yang mengaji kepada KH Hasan Sepuh yang berasal dari Desa Rawan, Krejengan. Ketika suatu hari mau ngaji ke KH Hasan Sepuh ada hujan deras, dan sungai banjir akhirnya tidak jadi berangkat mengaji kepada beliau (KH Hasan Sepuh).
Lalu minggu berikutnya, pemuda itu berangkat Ngaji lagi kepada KH Hasan Sepuh dan di tanya oleh KH Hasan “Kenapa kemarin tidak hadir untuk ngaji,”?
Pemuda itu menjawab “Kemarin hujan deras dan sungai banjir, takut untuk menyebrang kiai,” ceritanya.
Ketika itu Kiai Hasan Sepuh Langsung memberikan amalan kepada santri tersebut untuk membaca “Ya, Allah, ya karim,” ucapnya.
Diselang beberapa hari kemudian, ketika pemuda itu hendam berangkat mengaji kepada KH Hasan Sepuh, terkena Hujan lebat dan banjir. Tiba-tiba pemuda itu ingat dengan amalan yang diberikan oleh beliau, hingga pemuda tersebut langsung membacanya “Ya, Allah, Ya Karim”.
“Setelah membaca amalan yang di berikan oleh KH Hasan Sepuh itu, tiba-tiba sudah ada di sebarang sungai yang banjir itu,” ujarnya.
Selain itu, Nun Alex juga menceritakan saat KH Hasan Sepuh mau wafat, Kiai Hasan Sepuh pernah dawuh kepada para Santri, bahwa santri harus kembali ke Ponpes tanggal 10 Syawal. Sebab, pada tanggal 11 Syawal itu ada acara besar.
“Cung… “Santreh Abelih ka Ponduk tanggel 10 sabel ghi, Karena tanggel 11 Sabel Eson Mabedeeh acarah rajeh, (santri balik ke pondok tanggal 10 syawal, karena pada tanggal 11 syawal saya mengadakan acara besar),” tambahnya.
Ketika pada tanggal 11 Syawal itu Kiai Hasan Sepuh Wafat, dan yang di maksud oleh KH Hasan Sepuh itu adalah acara besar itu adalah tanggal Wafatnya.
Sementara itu, Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan dari Jakarta, mengatakan kehadiran beliau di acara Haul Kiai Hasan Sepuh ini adalah suatu kehormatan dan untuk napak tilas terhadap kakeknya Habib Salim bin Jindan.
“Alhamdulillah saya bisa hadir dalam acara Haul KH Hasan, dan datang ke Makbarohnya secara langsung,” tutur Habib Jindan.
Menurutnya, Habib Salim bin Jindan bertemu dengan KH Hasan Sepuh sebanyak tiga kali, “KH Hasan Sepuh maupun Habib salim juga pernah sama-sama meminta ijazah, KH Hasan bukan hanya terkenal dengan keilmuannya saja akan tetapi KH Hasan juga terkenal dengan Akhlaqnya yang membuat hati manusia menjadi luluh,” tutur Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan. .