Oleh; Tan Hamzah
Karl Heinrich Marx dalam karya-karyanya memang tidak secara khusus membahas tentang masalah ekologi, tetapi para pengkaji pemikiran Marx dikemudian hari mengupas keterikatan Marx dengan masalah-masalah kerusakan alam. Marx hanya menyinggung sedikit keterikatan antara manusia dan alam pada bab “Sewa Tanah” di Das Capital.
Marx mempelajari “Teori Sewa Tanah James Anderson” yang saat itu digunakan oleh para pemodal kapitalis untuk meraup untung yang lebih besar, James Anderson berpendapat bahwa tanah yang subur merupakan hasil dari suatu peradaban, tanah tidak subur dengan sendirinya, tanah bercampur dengan unsur hara, bakteri, dan segala zat dalam kurun waktu yang tidak sebentar (metabolisme). Tanah yang subur dapat menghemat biaya produksi, sedangkan tanah yang cenderung gersang akan menelan biaya yang lebih banyak, dan biasanya tanah yang subur terletak di daerah desa. Kondisi seperti itu yang dimanfaatkan para pemegang modal untuk mengalihkan sistem produksinya dari kota ke desa.
Melalui James Anderson, Marx belajar mengenai metabolisme, dimana manusia dan alam mempunyai hubungan yang saling kebergantungan untuk mengolah bumi secara bersamaan, hal ini berbanding terbalik dengan teori Fransisco Bacon, yang menganggap posisi manusia menjadi superioritas untuk mengolah alam semaksimal mungkin. Sebuah teori yang mengantarkan ketidakseimbangan, karena akan melahirkan eksploitasi besar-besaran terhadap alam tanpa memikirkan solusi setelahnya.
Akibat dari pandangan Fransisco Bacon, sekarang dunia mengalami krisis iklim, dan bencana zoonosis. Itu terbukti dengan adanya ketidakstabilan suhu bumi, mencairnya lapisan es di kutub utara dan Covid-19. Kasus yang terakhir hampir dirasakan langsung oleh seluruh penduduk bumi dan menghilangkan jutaan jiwa manusia.
Menurut Kohei Saito, Marx memang belum mengeksplorasi hubungan sistem kapitalisme dengan ekologi, namun di akhir hidupnya ia bersikeras untuk mempelajari ilmu alam, meskipun belum dimasukkan dalam karyanya Das Capital. Tetapi para pengkaji Marxis mencari keterlibatan Marx dengan ekologi meski hanya sedkit yang dapat ditemui dalam karyanya. Untuk merujuk pada hubungan alam dan manusia mungkin kita Tarik lebih jauh kepada siapa yang mempengaruhi Karl Marx, seperti Carles Darwin dengan Teori Evolusinya, Frederich Engels dengan Anti-duhring, dan Hegel dengan Filsafat Sejarahnya.
John Bellamy Foster salah satu pengkaji Marxis yang kemudian mengenalkan istilah “metabolic rift” berpendapat bahwa kapitalisme telah menghisap kerja-kerja alam dan manusia melalui daur produksi dan konsumsi. Kapitalis mengambil paksa bahan mentah dari alam yang telah berproses selama jutaan tahun, energi fosil yang saat ini digunakan sebagai bahan bakar untuk menghidupkan mesin mesin buatan manusia, sedangkan alam hanya menerima sampah hasil olahan yang sudah tidak terpakai. Ketidak bertanggug jawaban yang dilakukan manusia menyebabkan limbah beracun di titik bekas tambang sehingga mencemari air dan tanah.
Permasalahan yang paling banyak dibahas dalam forum dunia ialah kasus perubahan iklim dan pemanasan global. Ini tidak bisa lepas dari tangan-tangan kapitalis yang menggunduli hutan dan mengubahnya menjadi hutan produksi seperti ditanami sawit. Penggundulan hutan menyumbangkan emisi karbon terbesar kedua setelah energi fosil, yang menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim, serta menularkan berbagai macam penyakit zoonosis, yang sebelumnya berinang di binatang kemudian pindah ke manusia karena ekosistem hutan rusak.
Diantara sarjana-sarjana Marxis yang intens membahas tentang ekologi diantaranya, Jhon Bellamy Foster, Kohei Saito, Jason Moore, Andreas Malm, Zhang Yunfei, Naomi Klein dan masih banyak lagi, tetapi nama nama diatas yang cukup giat membahas hubungan marx dan ekologi.