Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Kolom

Puisi Mas Dewa, “Hujan Kemaren Sore”

×

Puisi Mas Dewa, “Hujan Kemaren Sore”

Sebarkan artikel ini
Puisi Mas Dewa, "Hujan Kemaren Sore"
Tak disangka ajalmu telah tiada. (Foto: Ilustrasi)

Hujan kemaren sore

Anak yang malang
Hanyut, tenggelam, dan hilang

Example parallax

Hujan terus mengguyur bumi yang gersang
Pohon – pohon runtuh dan tumbang
Listrik mati
Udara membeku
Cuaca pagi ini hitam dan suram
Menjelma kesepian malam

Sayup – sayup air hujan terus menghantam genteng rumah
Tanpa ampun
Dingin kini menyusup lewat sela – sela jendela
Merasuk ke sendi – sendi kehidupan
Dan air selokan
Tumpah kejalanan

Tiba – tiba suara hentak kaki tergesa – gesa terdengar jelas
“Hey, hendak kemana?”
“Tenggelam, tenggelam, sungai”
Tidak jelas arti dan maksud kalimat tersebut
Hujan sudah mulai reda
Dan semakin banyak suara kaki – kaki menuju keramaian

Baca Juga:  Sajak-Sajak JQ Soenardie "Eksistensi Tuhan Dan Agama"

Sudah tak dapat dihitung jari
Orang – orang memadati sepanjang sungai
Hiruk – priyuk orang nyeletuk
Mereka rela basah dan kedinginan
Ada apa ini ?
Kembali suara berbunyi
“Tenggelam, tenggelam, sungai”

Angin tak henti membuat keributan
Membentur keadaan
Situasi jadi mencekam
Air sungai terus saja memberontak
Tak kenal kasihan
Siapa berani menyentuhnya
Siap – siap menghadapi ganasnya gelombang yang datang

Baca Juga:  Sajak Mas Dewa Jalan lain

O, tak ada harapan!
Isak tangis membuncah
Orang – orang bingung
Orang – orang khawatir
Melihat keadaan semakin memburuk
Tak ada tanda – tanda
Hingga hari kembali beristirahat
Dengan keadaan basah dan kacau
Serta redupnya penantian

O, tak ada harapan
Anak itu hanyut dibawa arus sungai yang kejam
Gelombangnya mengganas
Mengoyak – ngoyak situasi yang semakin berantakan

Tinggal doa yang memberi nafas atas keselamatannya