Oleh: Mas Dewa
Sisa Hujan Kemaren
Basah dikelopak mataku
Masih menggenang
Menimang antara rindu dan ke egoisan
Seperti kupu – kupu cantik pada setangkai bunga
Singgah mengecap madu, lalu pergi
Rupanya pagi ini kurang bersahabat
Sejak subuh tadi
Tubuhku terus menggigil
Tak ada sedikitpun cahaya
Redup, seperti impianku
Mungkin sampai esok atau lusa
Hatiku manahan luka
Menambah sesak didada
Akhirnya hujanpun turun dengan lebat
Aku yang terisak sejak tadi
Berusaha bangkit dari lamunan
Meraih sebatang pena dan kertas
Untuk kutuliskan
Bahwa dirimu hanyalah bayang lalu
Yang tak perlu aku sesali
Yang tak perlu aku rindui
Tiris, 09 Juni 2022
Seni Luka
Setiap kata ialah rindu yang bertaut dengan senja kelabu
Dibalik pulau nan jauh
Ada yang memandangi secara diam – diam
Sekaligus membaca isi hati seorang penyair tabu
Dari arah yang berlawanan
Ada duka yang terselip dikeningnya
Karena keputusannya menerima penolakan
Seperti belati menggores hati
Batinnya kian kusut
Tinggal pengharapan yang bertengger dikaki langit
Memberi ia udara untuk bernafas dari penderitaan – penderitaan lama
Sungguh,
Dosa manakah yang pernah diperbuatnya
Hingga laknat macam ini harus diterimanya
Tiris, 09 Juni 2022