Kolom

Puisi Tri Puji, “Kehawatiran Malam”

×

Puisi Tri Puji, “Kehawatiran Malam”

Sebarkan artikel ini
Puisi Tri Puji, " Kehawatiran Malam"
Aku Duduk Manis Disini Sambil Mendengarkan Suara Ombak Yang Menyapaku. Foto: Kumparan.com

Oleh: Tri Puji

“Kehawatiran Malam”

Aku termenung melihat sapaan ombak
Tak sadar, bahwa itu keindahan
Diantara kesunyian
Diantara hemburan angin yang bergerak
Mengisyaratkan hati yang lepas kerinduan
Aku disini..
Aku termenung diantara kegelisahan
Di antara ombak yang menyapa pada kesunyian.

Aku termenung melihat sapaan ini
Antara kerinduan
Antara kegelisahan
Antara suasana angin yang sunyi

Tak heran, kegelisahanmu membuat aku takut untuk melangkah.
Jagan khawatir, aku disini masih ingat dirimu.

Dibawah pohon Cemara
Pandangan bayang-bayang dirimu selalu ada.
Disetiap bait ini,
Aku syairkan kata-kata kerinduan yang mendalam.

Kobaran api yang berdebu
Dihembus sedikit demi sedikit
Sehingga hanya tampak serpihan api yang menyapa bibir pantai.
Sederhana, Itu kegelisahan aku pada sunyi kali ini.

Baca Juga:  Generasi Muda Harus Bangga Dalam Sumpah Pemudanya

 

“Antara Desiran Angin”

Angin menyapa tubuhku
Tak ada lain hanya ada kedingin pada pori-poriku.
Tak sadar, bahwa itu bayang-bayang yang selalu menghantui jiwa.

Pada kesunyian kali ini aku bercerita tentang kecemasan dan kehawatiran…
Tak ada suara..
Tak ada suara kaki melangkah..
Yang ku dengar hanya suara hati yang jelas.

Aku melihat daun berguguran.
Tidak tabah dengan apa yang disapa angin pada tubuhku.
Semoga itu hanya ilusi belaka dari jiwaku
Tenang, aku masih tetap ingat wajahmu, meski itu di sekat oleh jarak dan waktu.

Semoga rinduku diwaba angin yang tabah seperti aku di sapa angin pada malam ini.

 

“Suara Syahdu”

Suara terdengar syahdu kali ini..
Sunyi malam kini benar menyelimuti tubuhku.
Tubuhku menggigil..
Tak ada alat yang membuat diriku hangat
Tak teman selain pohon-pohon yang berdiri kokoh di depanku kali ini.

Baca Juga:  Refleksi Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Angin terus datang menemaniku kali ini
Aku duduk menyendiri merenungi nasib yang tak kunjung abadi.
Itulah sapaan pagiku kali ini.

Sudah sering aku berjumpa dengan alam
Hal itu terasa aneh..
Terasa tidak pantas aku duduk di bibir pantai kali ini dengan jiwaku.

Semua itu sinar, saat diriku disapa oleh suasana yang begitu indah.
Cahaya itu saya lihat di reranting yang hampir patah.
Sungguh indah alammu kali ini..
Reranting itu membuat diriku bahagia meski engkau jauh disana, halayak diriku ditemani jiwamu.

error: Content is protected !!