Masih Menunggu
Selamat hari minggu
Untukmu yang telah lama menunggu
Menunggu kalimat yang masih lugu
Dan kau masih dengan kesendirianmu
Matahari bergairah pagi ini
Entah sore nanti
Bisa gerimis atau hujan lagi
Seperti keadaanmu yang tak pasti
Bangkit dan jatuh lagi
Jatuh dan bangkit lagi
Bangkit lagi, lagi dan lagi
Ah, seperti itu saja terus hingga nanti
Pohonan subur yang kau tanam
Kini sudah mulai meninggi
Tapi rerumputan kian suram
Tertutup dedaunan yang tertata rapi
Tak selesaikah kau menebar benih janji ?
Terhadap semesta yang tak lagi mendengar
Mereka sudah kenyang dengan itu
Tapi tidak cukup puas dengan kenyataan setelah ini
Mereka sudah tau rumput yang tumbuh akan terus diinjak – injak atau disemprot dengan bahan pestisida : dalih – dalih kesejahteraan
Yang nyatanya hanya untuk kursi kekuasaan
Apalagi yang ingin kau janjikan
Mereka akan pura – pura mendengar dan mengkobarkan api palsu
Rindumu cukup romantis
Menunggu dan berserah akan keadaan
Meski kini bungamu layu
Kau terus saja menyiramnya dengan senyuman
Selamat hari minggu
Bersama dentuman yang menghantam keadaan
Dan kau juga masih menunggu
Menunggu cinta dan ketenangan
Kau tenang saja
Tidak perlu berpangku tangan
Keadaan akan seperti biasanya
Ramai dan semakin mendesak
Kita diam saja
Dan bila waktunya nanti
Kita kasih tahu keadaan yang sebenarnya
Biar mendesak semakin terdesak
Biar ramai semakin riuh
Biar yang berjanji tau kenyataan pahit ini
Cukup kau tau
Bahwa rindu akan terus menunggu
Dan seluruh ketertiaman ini, setia untukmu