Oleh; Mas Dewa
Warta-Wan
Aku adalah seorang wartawan
Yang lahir dari koran
Merangkak penuh belokan
Dan terjerembab dalam selokan
Mencari berita
Menganalisis berita
Menulis berita
Dan Aku menjadi berita
Jika kau mencariku
Hendaklah lengkapi dulu sopnya
Aku, apa
Aku, siapa
Aku, dimana
Aku, kapan
Aku, mengapa
Aku, bagaimana
Begitulah kata guru Bahasa Indonesiaku
Bukan ;
Kamu, apa
Kamu, siapa
Kamu, dimana
Kamu, kapan
Kamu, mengapa
Kamu, bagaimana
Kecuali kau Tuhan, Titik.
Pekerjaanku sederhana
Sesederhana kata “Aku mencintaimu”
Pekerjaanku rumit
Serumit kata “Aku tak menerima cintamu”
Pekerjaanku sederhana dan rumit
Seperti kata “Aku tak lagi mencintaimu”
Kutulis seluruh isi cakrawala
Pelan – pelan dan teliti
Apa saja isinya ?
Do’a – do’a petapa rindu
Sumpah kaum miskin
Dan suara kosong dari orang – orang maskulin
Sekali lagi
Aku adalah seorang wartawan
Yang menggigil bila pikiran tertawan
Dan tak tahan debu jalanan
Sebab, tak ada cerita heroik yang bisa aku sampaikan nanti pada anak cucu
Bahwa menjadi wartawan adalah sebuah pekerjaan yang putih
Seluruh indera wartawan disita untuk tetap menjadi mangkok yang siap mewadahi seluruh kejadian benar maupun salah, kebaikan atau kejahatan, tak bisa dipilih
Ia harus tetap utuh menjadi kesatuan
Karena jika tidak
Tong tempat menyimpan beras akan meraung, menyuarakan ;
“Ikuti saja, aku sudah lama tak kau isi”
Tiris, 10 Agustus 2022






