Oleh: Atiqurrahman
Debat Cawapres ini semakin menguatkan posisioning politik pasangan Anies-Cak Imin sebagai antitesa kekuasaan saat ini, dengan membawa gagasan perubahan sebagai jalan alternatif kemajuan Indonesia.
Saya melihat, pola argumentasi yang dibangun Cak Imin, sama dengan Capresnya, Anies Baswedan. Keduanya berangkat dari sebuah kritik dan kegelisahan yang sedang terjadi pada ranah publik. Seperti terjadinya jurang ketimpangan dan ketidakadilan ekonomi yang semakin lebar.
Dalam debat Cawapres, Cak Imin memunculkan sebuah istilah unik dan menarik, yakni “SlepetNomics”. Sebagai sebuah narasi oto-kritik terhadap kondisi perekonomian hari ini yang berwatak neoliberalistik, dan jauh dari nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.
Selain itu, SlepetNomics Cak Imin ini juga menjadi gugusan harapan, agenda dan program untuk menjawab segala dinamika persoalan dan tantangan terhadap Indonesia ke depan.
Seperti kata Cak Imin, “Slepet itu adalah interupsi. Interupsi ini adalah awal dari perubahan, bayangkan 100 orang kaya Indonesia, kekayaannya diatas 100 juta rakyat Indonesia. Artinya, ini keadaan yang tidak adil, maka ini harus kita slepet”.
Pernyataan Cak Imin ini sangat jelas dan tegas. Bahwa sikap politik Cak Imin ingin adanya pemerataan, kesetaraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Perekonomian Indonesia tidak boleh hanya dikuasai dan dinikmati oleh segelintir orang saja.