Oleh; Saiful Mujani
Hanya 64,6 persen publik yang mengetahui semua Sila Pancasila. Demikian salah satu temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2022.
Hasil penelitian yang dipresentasikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, itu menunjukkan sebanyak 64,6 persen warga yang bisa menyebutkan dengan benar semua sila dalam Pancasila. Ada 10,2 persen yang benar menyebutkan 4 sila, 5,1 persen tiga sila, 3,9 persen dua dan satu sila, dan masih ada 12,3 persen publik yang tidak bisa menyebutkan dengan benar satu pun sila.
Secara keseluruhan, ada 95,4 persen warga yang menyatakan tahu Pancasila. Tapi ketika diminta menyebutkan redaksi sila-sila Pancasila, yang bisa menyebut dengan benar antara 72,5%-86,2%. Yang paling banyak disebut dengan benar adalah sila pertama, ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ (86,2 persen), selanjutnya sila Ketiga, ‘Persatuan Indonesia’ (78,3 persen), sila kedua, ‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab’ (77,8 persen), sila kelima, ‘Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia’ (76,1 persen), dan yang terakhir sila keempat ‘Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan’ (72,5 persen).
Saiful menjelaskan bahwa angka 50 persen atau lebih rendah masuk kategori rendah, 51-75 persen sedang, 76-90 persen tinggi, dan di atas 90 persen sangat tinggi. “Maka pengetahuan dasar publik tentang Pancasila (64,6%) hanya sedang,” papar Saiful.
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
SURVEI SMRC: SKOR SIKAP PUBLIK PADA PANCASILA BELUM BAIK
Skor sikap publik pada Pancasila belum baik. Demikian temuan survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2020.
Hasil survei yang dipresentasikan pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, itu menunjukkan dalam skala 0 sampai 100, di mana 0 sangat anti-Pancasila dan 100 sangat pro-Pancasila, rata-rata sikap warga berada di angka 73,2.
Saiful menjelaskan bahwa sikap publik atau komitmen pada Pancasila ini berada di level sedang, bila nilai baik atau lebih baik 80 atau lebih tinggi. Komitmen pada sila kelima paling tinggi (79,2), dan paling rendah adalah komitmen pada nilai-nilai sila kedua (65,3).
Sementara itu bagaimana nilai-nilai Pancasila itu direalisasikan dalam kehidupan berbangsa, nilainya secara umum adalah 73,7 (dalam skala 0-100), yang berarti juga hanya sedang. “Yang paling tinggi adalah realisasi sila pertama (83,8), yakni baik, dan yang paling rendah adalah sila kelima (60,2), sedang,” papar Saiful.
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.
SURVEI SMRC: MASYARAKAT BELUM TOLERAN
Hasil survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menemukan masyarakat Indonesia belum toleran. Demikian salah satu temuan survei SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2022.
Pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, dalam presentasinya menyatakan bahwa secara umum tingkat toleransi publik dalam skala 0-100 adalah 49,1
Yang paling ditoleransi adalah orang Islam, orang Papua, orang Kristen atau Katolik. Dalam hal tempat tinggal, ada 77 persen warga yang menyatakan keberatan jika ada warga yang berlatar belakang komunis atau PKI menjadi tetangga mereka. Yang keberatan pada ISIS sebesar 72 persen, LGBT 68 persen, ateis 57 persen, dan Yahudi 51 persen.
Sementara intoleransi untuk menjadi guru di sekolah negeri, tertinggi pada orang yang berlatar belakang komunis atau PKI (81 persen). Kemudian LGBT (77 persen), ISIS (77 persen), ateis (67 persen), dan Yahudi (57 persen).
Dalam hal menjadi pejabat pemerintah, keberatan warga terbesar pada orang yang berlatar belakang komunis (83 persen). Selanjutnya ISIS (78 persen), LGBT (78 persen), ateis (71 persen), dan Yahudi (51 persen).
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
SURVEI SMRC: PANCASILA MEMPENGARUHI KEMATANGAN SISTEM POLITIK NKRI
Survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan bahwa Pancasila mempengaruhi kematangan sistem politik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Demikian salah satu temuan survei SMRC bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2022.
Survei ini dilakukan pada 10-17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah Berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
SURVEI SMRC: SISTEM POLITIK NKRI BELUM CUKUP TERKONSOLIDASI
Sistem politik Negara Kesatuan Republik Indonesia belum cukup terkonsolidasi. Demikian salah satu temua survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Sikap Publik terhadap Pancasila dalam rangka Konsolidasi Sistem Politik Indonesia’ yang dirilis di Taman Renungan Bung Karno, Kabupaten Ende, pada Rabu 1 Juni 2022.
Dalam presentasinya, pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, menunjukkan bahwa dalam skala 0-100, di mana semakin mendekati 0 berarti semakin tidak terkonsolidasi, dan sebaliknya mendekati 100 semakin terkonsolidasi, skor konsolidasi sistem politik Indonesia rata-rata 58,0 atau 52,8 jika memasukkan faktor Islamisme.
Menurut Saiful, skor konsolidasi sistem politik Indonesia hanya “sedang,” belum baik (80-90), apalagi sangat baik (di atas 90), atau bahkan masih kurang bila memasukan Islamisme.