Kolom  

SURVEI SMRC: PETA KEKUATAN PARTAI BELUM BANYAK BERUBAH

SURVEI SMRC: PETA KEKUATAN PARTAI BELUM BANYAK BERUBAH
Demikian temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024. Foto: SMRC

Oleh: Saiful Mujani

Peta kekuatan partai politik Indonesia belum banyak berubah. Demikian temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024’ yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 9 Juni 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil survei menyampaikan bahwa jika pemilihan diadakan sekarang, PDIP mendapat dukungan terbesar, 23,7 persen, disusul Gerindra 9,2 persen, Golkar 8,3 persen, PKB 6,2 persen, Demokrat 5,7 persen, PKS 2,5 persen, dan Nasdem 2 persen. Sementara partai-partai lain di bawah 2 persen. Masih ada 35,6 persen yang belum menentukan pilihan.

Deni menjelaskan berdasarkan temuan ini, peta dukungan publik pada partai-partai politik tidak berubah. PDIP masih tetap di klaster pertama sendirian. PDIP masih berpeluang menjadi partai pemenang suara terbanyak, atau mempertahankan hasil Pemilu 2014 dan 2019.

Klaster kedua ditempati oleh Gerindra dan Golkar. Di klaster ketiga, ada PKB dan Demokrat. Sementara klaster keempat diisi oleh partai-partai lain di parlemen sekarang. Di klaster kelima, ada partai-partai non-parlemen.

“Dibanding hasil pemilu 2019, dukungan kepada PDIP mengalami kenaikan dari 19.3 persen menjadi 23,7 persen. Sementara partai-partai lain cenderung menurun,” papar Deni.

Gerindra menurun dari 12,6 persen pada Pemilu 2019 menjadi 9,2 persen pada Mei 2022. Sementara Golkar juga turun dari 12,3 persen menjadi 8,3 persen di periode yang sama.

Survei ini dilakukan pada 10 – 17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%.

Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

SURVEI SMRC: KEKUATAN PDIP BANYAK DIBANTU KINERJA PEMERINTAH

Kekuatan PDIP yang mendapatkan dukungan publik terbanyak dibantu oleh kinerja pemerintah. Demikian temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024’ yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 9 Juni 2022.

Hasil survei yang dipresentasikan Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, itu menunjukkan ada kecenderungan PDIP unggul di kalangan warga yang mengaku puas atas kinerja presiden. Dari 73,8 persen yang mengaku puas dengan kinerja presiden, 28 persen di antaranya memilih PDIP. Sementara dari 24,2 persen yang tidak puas, hanya 14 persen yang menyatakan akan memilih PDIP.

Hal yang sama terjadi pada mereka yang merasa puas atas kinerja pemerintah menanggulangi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional. Dari 71,9 persen yang mengaku puas atas kinerja pemerintah menanggulangi Covid-19, 26 persen di antaranya memilih PDIP. Dari 25,9 persen yang mengaku tidak puas, hanya 18 persen yang akan menjatuhkan pilihan pada PDIP.

Sementara dari 62,6 persen yang mengaku puas atas kinerja pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, 28 persen di antaranya akan memilih PDIP. Sebaliknya, dari 34,6 persen yang mengaku tidak puas, hanya 16 persen yang akan menjatuhkan pilihan pada PDIP.

Deni menjelaskan bahwa dalam survei ini, sebanyak 73,9 persen publik mengaku puas dengan kinerja presiden. Yang mengaku tidak puas sebesar 24,3 persen. Dan yang menjawab tidak tahu sebanyak 1,8 persen. Sementara mayoritas publik juga mengaku puas pada kinerja pemerintah dalam menanggulangi Covid-19 (72 persen) dan pemulihan ekonomi nasional (62,7 persen).

Survei ini dilakukan pada 10 – 17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%.

Baca Juga:  Puisi Tan Hamzah, "Arafat"

Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

SURVEI SMRC: LAJU ELEKTABILITAS GANJAR MAKIN KENCANG

Laju elektabilitas Ganjar Pranowo makin kencang. Demikian temuan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024’ yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 9 Juni 2022.

Hasil survei yang dipresentasikan Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, ini menunjukkan suara Ganjar Pranowo pada simulasi semi terbuka dengan daftar 42 nama sebesar 22,5 persen. Dukungan publik pada Ganjar ini melampaui dukungan pada Prabowo Subianto yang memeroleh suara sebesar 17,5 persen dan Anies Baswedan 13,2 persen. Nama-nama lain di bawah 3 persen dan masih ada 25,2 persen yang belum menjawab.

persen pada survei Maret 2021 menjadi 22,5 persen pada survei Mei 2022. Sementara suara pesaing terdekatnya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, tidak mengalami banyak perubahan dalam satu tahun terakhir. Suara dukungan pada Prabowo Subianto cenderung menurun, dari 20 persen (Maret 2021) menjadi 17,5 persen (Mei 2022). Suara Anies Baswedan sedikit mengalami penguatan dari 11,2 persen menjadi 13,2 persen pada periode yang sama.

“Dibanding 2 bulan lalu. Dukungan kepada Prabowo dan Anies cenderung tidak banyak berubah, Prabowo turun 0,1 persen, Anies 1,2 persen, sementara dukungan kepada Ganjar naik 4,4 persen,” jelas Deni.

Deni melanjutkan, dalam simulasi pilihan tertutup terhadap 3 nama, Ganjar mendapat dukungan terbanyak 30,3 persen, disusul Prabowo 27,3 persen, dan Anies 22,6 persen. Masih ada 19,9 persen yang belum menjawab atau tidak tahu.

Deni menambahkan, dalam dua bulan terakhir dukungan kepada Ganjar naik (dari 26,3 persen pada Maret 2022 menjadi 30,3 persen pada Mei 2022), Prabowo turun dari 34,3 persen menjadi 27,3 persen, sementara Anies tidak banyak banyak berubah dari 23,8 persen menjadi 22,6 persen.

“Dalam setahun terakhir (Mei 2021-2022) dalam simulasi 3 nama teratas menurut berbagai survei sejauh ini, Ganjar naik dari 25,5 persen ke 30,3 persen; Prabowo turun dari 34,1 persen ke 27,3 persen; Anies cenderung stagnan, di 23,5 persen dan 22,6 persen,” tutupnya.

Survei ini dilakukan pada 10 – 17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

SURVEI SMRC: SENTIMEN POSITIF PADA PEMERINTAH MEMPERKUAT ELEKTABILITAS GANJAR

Elektabilitas Ganjar Pranowo diperkuat oleh sentiment positif pada pemerintah. Hal ini terungkap dalam survei opini publik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024’ yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 9 Juni 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil survei menunjukkan Ganjar Pranowo cenderung unggul di kalangan warga yang mengaku puas dengan kinerja presiden. Dari 73,8 persen yang puas dengan kinerja presiden, ada 37 persen yang menyatakan akan memilih Ganjar dalam simulasi tiga nama. Sementara dari 24 persen yang mengaku kurang atau tidak puas, hanya 13 persen di antaranya yang menyatakan akan memilih Ganjar.

Baca Juga:  Seberkas Puisi JQ Soenardie Penguasa dan Pengusaha Picik Terhadap Rempang

Hal yang serupa terjadi pada warga yang menilai positif pemerintah dalam penanganan Covid-19. Dari 71,9 persen yang mengaku puas dengan kinerja pemerintah menangani Covid-19, 33 persen di antaranya akan memilih Ganjar. Sementara dari 25,9 persen yang mengaku tidak puas, hanya 24 persen yang akan memilih Ganjar. Dari 62,6 persen yang puas dengan kinerja pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, 34 persen akan memilih Ganjar. Sedangkan dari 34,6 persen yang tidak puas, hanya 25 persen yang akan memilih Ganjar.

Ganjar juga cenderung unggul di kalangan yang menilai kondisi sosial-ekonomi-politik-hukum baik atau sedang, sementara di kalangan yang menilai buruk cenderung memilih Anies.

Deni menjelaskan Ganjar merupakan sosok yang di mata pemilih adalah kelanjutan dari pemerintah Jokowi. Karena itu, pemilih yang menilai positif kinerja pemerintah Jokowi cenderung memilih Ganjar, sebaliknya pemilih yang menilai negatif cenderung memilih Prabowo atau Anies.

“Karena sentimen positif pada kinerja pemerintah masih mayoritas maka Ganjar unggul sementara atas lawan-lawannya, termasuk yang paling kuat: Prabowo dan Anies,” jelas Deni.

Survei ini dilakukan pada 10 – 17 Mei 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden.  Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1060 atau 87%. Sebanyak 1060 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,07% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

SURVEI SMRC: START GANJAR MENUJU 2024 LEBIH KUAT DIBANDING JOKOWI MENJELANG 2014

Start Ganjar Pranowo menuju pemilihan presiden 2024 lebih kuat dibanding Jokowi menjelang 2014. Kesimpulan ini muncul dari analisa atas survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) bertajuk ‘Dinamika Pilihan Partai dan Presiden Menjelang 2024’ yang disiarkan melalui kanal YouTube SMRC TV pada Kamis, 9 Juni 2022.

Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil survei menunjukkan sekitar 2-3 tahun sebelum hari H pemilihan presiden, dalam pertanyaan terbuka (spontan) dan semi terbuka, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dari Jokowi, dan terus naik bersamaan dengan mendekatnya hari H pemilihan.

Dalam pertanyaan terbuka, pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan publik secara spontan sebesar 6,1 persen. Pada 3 tahun sebelum pemilihan presiden Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, Jokowi sama sekali belum mendapat dukungan secara spontan (0 persen). Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, dukungan spontan pada Ganjar sudah mencapai 14,5 persen, sementara dukungan spontan pada Jokowi di Oktober 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 0,6 persen.

Pola yang sama juga terlihat dalam respons atas pertanyaan semi terbuka. Pada Maret 2021 atau sekitar 3 tahun sebelum pemilihan Februari 2024, Ganjar sudah mendapatkan dukungan 8,8 persen dalam simulasi semi terbuka. Sementara pada 3 tahun sebelum pemilihan presiden Juli 2014, yakni pada survei Juni 2011, dukungan pada Jokowi baru 2 persen. Mei 2022, atau sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2024, dukungan pada Ganjar sudah mencapai 22,5 persen, sementara dukungan pada Jokowi di Desember 2012 (sekitar 2 tahun menjelang pemilihan 2014) masih sekitar 12,8 persen.

“Dibandingkan menjelang hari H pemilihan tahun 2014 ketika tidak ada pertahana, dalam jarak waktu kurang lebih sama, elektabilitas Ganjar lebih baik dari Jokowi. Ini dimungkinkan karena Jokowi tidak berasal dari kubu politik pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, sedangkan Ganjar Sekarang berasa dari kubu politik yang sama dengan pemerintah dan dengan Jokowi: sama-sama PDI-P dan sama-sama dari Jawa Tengah”, papar Deni

 

Tinggalkan Balasan