SUARARAKYATINDO.COM – Yogyakarta, Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A hadiri Konfercab IPNU-IPPNU di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) II Yogyakarta, pada Sabtu (8/6/2024). Pada kesempatan itu, Gus Hilmy sapaan akrab Hilmy Muhammad bicara permasalahan sosial hingga soal tambang. Menurutnya, sebagai organisasi masyarakat, fokus utama organisasi kemasyarakatan (ormas) harus dialihkan dari perdebatan teologis ke masalah sosial yang nyata.
“Sebagai ormas, kita tidak lagi relevan berdebat soal qunut, rakaat tarawih, dan sebagainya. Tantangan kita hari ini adalah problem sosial, keamanan dan ketertiban yang sudah di depan mata kita. Kenakalan remaja hari ini sangat mengkhawatirkan, seperti kriminalitas, klitih, geng motor, dan narkotika. Bahkan di wilayah TI, seperti prostitusi online, judi online, pinjaman online (pinjol), dan sebagainya. Ini masalah ruwet dan korbannya sudah banyak. Kalau dulu orang bisa bunuh diri karena putus cinta, hari ini bisa bunuh diri karena pinjol. Ini di antaranya berawal dari kos-kosan yang kehilangan induk semangnya sehingga tidak ada yang menjaga mereka,” ungkap Gus Hilmy.
Menurut Gus Hilmy, problem sosial ini menjadi tantangan besar bagi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), terutama di pusat Kota Yogyakarta. Data menunjukkan, jumlah mahasiswa dan pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penurunan signifikan dari satu juta pada 2021 menjadi sekitar 700 ribu pada 2023. Dari jumlah tersebut, lebih dari 270 ribu adalah mahasiswa dari luar DIY, dengan 50% di antaranya tinggal di Kota Yogyakarta.
“Tantangan ini tidak bisa diselesaikan sendiri, tapi membutuhkan program sinergi. IPNU-IPPNU kita harapkan tidak hanya membuat pengkaderan secara formal, tetapi dapat melalui bimbingan belajar untuk ke perguruan tinggi, inisiasi program magang di OPD-OPD, kerja sama pertukaran pelajar, dan sebagainya. Tidak sulit bagi IPNU-IPPNU karena memiliki alumni-alumni di wilayah-wilayah itu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gus Hilmy mendorong agar NU di Kota Yogyakarta, termasuk IPNU-IPPNU, berani mengambil peran utama dalam dunia pendidikan.
“Jantung pertarungan di Yogyakarta adalah pendidikan. Bagaimana kita bisa bertarung kalau tidak punya sekolahan? Maka IPNU-IPPNU, bersama Muslimat, Ansor dan Fatayat, dengan dikomandani oleh PCNU Kota, mesti bener-bener bisa bersinergi membuat legacy ke depan dengan mendirikan sekolahan, baik itu SD, SMP atau SMA,” tegas Gus Hilmy.
Selain itu, Pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta itu juga menyoroti isu tambang yang ramai diperbincangkan. Gus Hilmy menekankan pentingnya pengelolaan tambang dengan integritas dan tanggung jawab.
“Negara sudah memberikan kepercayaan kepada NU untuk mengelola tambang. Hari ini yang sepuh-sepuh sudah membukakan pintu. Selanjutnya adalah kader-kader muda seperti IPNU-IPPNU inilah yang ke depan harus mengelolanya dengan baik. Jangan sampai merugi dan harus dibuktikan bahwa kita memiliki integritas. Kita diberi kepercayaan, diserahi urusan, lalu kita terima dan harus bisa kita buktikan. Apapun saat negara percaya kepada kita, dan menyerahkan pengelolaan sumber daya alamnya kepada kita, ya kita harus serius, tidak boleh main-main,” tambahnya.
Gus Hilmy juga mengutip hadits Nabi Muhammad SAW, “Jika suatu urusan diserahkan bukan pada ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya.” Ia mengingatkan agar NU tidak termasuk dalam konteks hadits tersebut.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Wakil Ketua PCNU Kota Yogyakarta H. Abd. Suud, M.Si, Katib Syuriah K.H. Abdul Halim Nasution, Kepala MAN II Yogyakarta Singgih Sampurno, S.Pd., M.A., Ketua PW IPNU Didi Manarul Hadi, dan Ketua PC IPNU Nadru Aulia Rahman.
Nadru, Ketua PC IPNU, juga menyoroti pentingnya penguatan mental pelajar.
“IPNU IPPNU harus kembali melakukan refokusing pelajar. IPNU-IPPNU dengan basis pelajarnya harus bisa menjawab isu kepelajaran hari ini. Para pelajar hari ini yang merupakan generasi Z dan Alpha dan biasa disebut dengan generasi strawberry, cantik di luar tetapi mudah hancur ketika mendapat tekanan. Ini menjadi tantangan kita bersama, bagaimana mengarahkan pelajar-pelajar agar kuat secara mental juga berkualitas guna mewujudkan dan menyambut Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Didi Manarul Hadi, Ketua PW IPNU, menekankan pentingnya kesinambungan dalam program kerja kepengurusan yang baru.
“Konfercab ini bukan hanya ajang pergantian ketua, tapi untuk regenerasi kepengurusan. Yang namanya regenerasi tentu ada keberlanjutan. Artinya program-program yang sudah baik harus tetap dijaga dan dilanjutkan. Jadi kepengurusan baru bukan mengubah tatanan yang sudah ada, melainkan menyempurnakan tatanan yang sudah ada,” katanya.
Ia juga mengajak seluruh pengurus untuk mengisi aplikasi Pusat Administrasi Data Terpadu Kader (PADUKA), yang berfungsi sebagai basis data kader IPNU-IPPNU.