SUARARAKYATINDO.COM- Belakangan ini tengah ramai nama Joko Tingkir menjadi perbincangan publik hingga menjadi bahan lelucon. Lantas siapakah sebenarnya Joko Tingkir itu?
Mengutip dari catatan intelektual muda NU, KH Ishomuddin Hadziq (Gus Ishom) menjelaskan bahwa Joko Tingkir (Sultan Hadiwijaya) merupakan kakek ke-3 dari KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.
“Itu berarti Gus Dur atau KH Abdurrahman Wahid adalah generasi ke-6 dari Joko Tingkir,” urai Gus Ishom mengutip dalam muhaqiq kumpulan karya Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari sebagaimana dikutip dari akun Twitter @SejarahUlama.
Lebih lanjut, Gus Ishom menjelaskan bahwa menurut nasab, Joko Tingkir merupakan putra dari Maulana Ishaq (Sunan Giri), salah satu Walisongo yang telah berjasa besar dalam mendakwahkan Islam di Nusantara. Dalam tahqiq kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dijelaskan bagaimana silsilah Joko Tingkir sebagaimana berikut:
“Mengenal Penulis kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Nama dan nasabnya: beliau adalah (1) Muhammad Hasyim bin (2) Asy’ari, bin (3) Abdul Wahid, bin (4) Abdul Halim yang bergelar Pangeran Benowo, bin (5) Abdurrahman yang berjulukan Joko Tingkir dan bergelar Sultan Hadiwijoyo, bin (6) Abdullah, bin (7) Abdul Aziz, bin (9) Abdul Fatah, bin (10) Maulana Ishaq ayahnya Raden Ainul Yaqin yang terkenal dengan gelar Sunan Giri, Tebuireng Jombang.”
Menurut Gus Ishom hal itu bisa dilacak dalam “Adabul ‘Alim wal Muta’allim,”terbitan Jombang, Maktabatut Turatsil Islami: 1415, halaman 3.
“Catatan ini secara gamblang menginformasikan bahwa Joko Tingkir yang juga punya panggilan Mas Karebet ini bukan sembarangan,” katanya.
Tambah Gus Ishom, menurutnya, jalur nasab ke atas sampai kepada Sunan Giri, sedangkan jalur nasab ke bawah sampai pada Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahid Hasyim dan Gus Dur. “Tokoh-tokoh besar yang sangat dihormati oleh bangsa ini,” pungkasnya.
Diketahui, saat Haul KH Hamid Pasuruan tahun 2022, keluarga yang mengadakan haul juga mengingatkan. Agar jamaah tidak latah menyebut Joko Tingkir jadi lagu yang bernilai humor. Karena beliau adalah golongan ulama. Masih termasuk kakek buyut dari KH Hamid. Jangan sampai jamaah kena tulah karena tidak mengerti.*