SUARARAKYATINDO.COM, Sumenep – Tahun ini Sekolah Dasar Negeri (SDN) Meddelan, Desa Meddelan, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, tak ada murid baru, karena tidak diminati masyarakat.
Alhasil, siswa kelas 1 pada tahun pelajaran 2022-2023 ini kosong karena tidak ada siswanya. Sementara jumlah keseluruhan siswa di sekolah tersebut hanya 13 anak.
Padahal dahulu, selain menjadi satu-satunya SD Negeri di Desa Meddelan, dulunya SD ini merupakan sekolah unggulan. Entah mengapa beberapa tahun terakhir minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke lembaga itu menurun.
Miris, sebab saat ini untuk kelas 1 di sekolah tersebut tidak ada satupun murid, alias tanpa siswa. Kelas 2 hanya satu siswa, kelas 3 juga satu siswa. Sementara kelas 4 ada tiga siswa, kelas 5 dihuni empat siswa dan kelas 6 ada empat siswa.
Jika ditotal secara keseluruhan siswa di SDN Meddelan pada tahun pelajaran 2022-2023 hanya terdapat 13 siswa. Padahal jika dibandingkan dengan jumlah penduduk desa, di Meddelan terdapat lebih dari 2.700 penduduk.
Adapun salah satu sebab tidak diminatinya SDN Meddelan diduga karena kalah bersaing dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Padahal di Desa Meddelan keberadaan MI hanya ada satu lembaga.
Sofiyati, Kepala Sekolah SDN Meddelan, menerangkan pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menjaring siswa. Namun belum bisa menumbuhkan minat para orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke lembaganya.
“Saya di sini baru masuk sejak maret lalu. Dalam menghadapi tahun ajaran baru kami sudah bermusyawarah dengan para guru agar murid baru ramai pendaftar. Bahkan kami merencanakan program tahfizd,” katanya saat ditemui di SDN Meddelan dikutip dari _penamadura.com_ pada Senin (18/7/2022).
Bahkan hingga saat ini, ia sudah mengumpulkan para wali murid menyosialisasikan program tahfidz tersebut. Selain itu Sofi mengaku juga sudah turun ke masyarakat termasuk kepala desa.
“Kami ke kepala desa sudah, sharing dengan pengawas juga sudah tapi hingga hari pertama masuk sekolah ternyata tidak ada siswa yang masuk SD ini,” tambah Sofi.
Dirinya melanjutkan, saat dirinya pertama masuk jumlah siswa sebanyak 19 orang. Namun kelas enam sudah lulus tahun lalu sebanyak 6 orang.
“Saya cuma kasihan sama guru yang sertifikasi. Karena kalau tidak siswanya ini bermasalah ke guru kelas dan guru mapel karena harus mencari jam di luar sekolah ini. Kondisi ini juga berpengaruh pada konsentrasi pekerjaan mereka” lanjutnya.
Sementara Kepala Desa Meddelan, Moh Haris menginginkan agar SDN Meddelan kembali diminati masyarakat. Namun ia mengaku usahanya hingga kini belum ada hasil dan anak-anak lebih memilih sekolah di MI dan SD luar desa.
“Dusun Meddelan itu banyak sekolah ke MI sementara Dusun Tonggal banyak ke SDN Daramista. Kami sudah menyarankan agar sekolah di SDN Meddelan tapi anaknya yang tidak mau,” terangnya.
Sebagai kepala desa Haris berharap agar ada ketegasan kebijakan zonasi dari Dinas Pendidikan Sumenep. Menurutnya jika itu dilakukan pasti akan berdampak pada jumlah siswa.
“Katanya kepala sekolah saat ke saya, zonasi belum diberlakukan. Jadi harapan desa mudah-mudahan ada kebijakan dari Dinas Pendidikan agar sekolah dipelosok seperti desa saya juga terisi,” terangnya.
Haris mengimbau kepada warga Desa Meddelan untuk menyekolahkan anaknya ke SDN Meddelan daripada sekolah di luar desa.
Menurutnya, dari sisi keamanan SDN Meddelan lokasinya lebih baik karena jauh dari jalan raya, tidak seperti SD lain.