Oleh: Atiqurrahman
(Wakil Sekretaris LTN NU Pulau Mandangin).
Presiden Jokowi dalam sambutannya di resepsi puncak satu Abad NU, mengucapkan banyak terima kasih kepada NU, karena NU telah menyebarkan nilai-nilai toleransi dan tetap konsisten dalam menjaga kebhinekaan dan perdamaian.
NU berhasil menghadang dan sekaligus menjadi benteng dari faham-faham keagamaan yang mengarah pada tindakan kekerasan, ekstremitas dan teoritik.
NU juga mampu merumuskan dan menyelaraskan pemahaman keislaman dengan bingkai keindonesiaan dan kebangsaan, atau dalam istilah Gus Dur “Peribumisasi Islam”, sehingga islam menjadi jaring perekat dan penguat terhadap keutuhan dan persatuan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, bagi NU, Islam dan Pancasila merupakan dua entitas pemikiran dan moralitas yang saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Inilah sebabnya, mengapa NU menerima asas tunggal Pancasila tahun1984.
Akan tetapi, dibalik pujian Presiden itu, ada satu hal yang perlu ditangani secara serius oleh Jam’iyah NU: yakni masalah ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang terjadi ditengah masyarakat.
Dan masalah ketimpangan dan kesenjangan ekonomi ini telah menjadi keresahan dan kegelisahan KH. Yahya Cholil Staquf sebagaimana yang tertuang dalam bukunya “PBNU: Perjuangan Besar Nahdhatul Ulama”.