SUARARAKYATINDO.COM – Yogyakarta, Ratusan tokoh masyarakat Yogyakarta yang tergabung dalam wadah Gerakan Peduli Bangsa seruduk gedung KPU DIY pada Rabu, 28 Februari 2024. Pasalnya, mereka turut prihatin dengan kondisi bangsa dan negara, khususnya terkait Pemilu 2024.
Gerakan Peduli Bangsa merupakan gerakan moral yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, sivitas akademika (dosen dan mahasiswa), budayawan, aktivis sosial, tokoh perempuan hingga emak-emak.
Dalam aksi damai di halaman KPU DIY Jalan Tut Harsono Umbulharjo Yogyakarta ini, Gerakan Peduli Bangsa menyuarakan aspirasi tentang dugaan kecurangan yang begitu masif terjadi merata di seluruh daerah.
Sekitar 30 perwakilan masuk untuk audiensi dengan KPU, sedangkan peserta lain tetap berada di luar sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Beberapa di antara peserta aksi melakukan orasi dan testimoni tentang pelaksanaan Pemilu 2024. Salah satunya terkait dengan Sistem Rekapitulasi Suara Pemilu (Sirekap) KPU.
Salah satu peserta aksi damai itu menilai KPU melakukan dugaan kebohongan publik yang mana quick count dan real count tak sesuai dengan sebenarnya. Hal tersebut dinilai bukan kesalahan input tapi hal yang sudah direncanakan.
Dia pun mengaku menjadi korban atas dugaan kecurangan yang masif itu. “Saya ini caleg DPR RI, hari kedua pasca coblosan saya dapat 9.000 suara. Lama-lama bukannya suara bertambah tapi malah turun. Kini hanya dapat 3.000-an suara,” ungkapnya.
Peserta aksi lainnya, Mariana Ulfah mengatakan, kedatangannya ke KPU DIY ini berangkat dari banyaknya dugaan kecurangan yang merata terjadi di seluruh Indonesia. Tentu peran media massa dan media sosial sangat penting dalam mengungkapkan kejanggalan selama pelaksanaan Pemilu 2024.
“Tiap orang bisa upload kejanggalan ke media sosial dari masing-masing TPS. Itu terus menerus terjadi dan jawaban KPU selalu bilang minta maaf,” tegasnya.
Sementara Dosen Komunikasi UAD Yogyakarta sekaligus praktisi komunikasi ini menyatakan, dalam audiensi di KPU tadi, juga menanyakan terkait server KPU.
“Server KPU berada di luar negeri, itu disampaikan oleh ahli IT yang tentu bisa dipercaya pernyataannya. Tapi selama ini KPU diam soal itu. Kami datang ke sini tanya itu pun juga tidak bisa menjawab,” ujar Mariana.
“Ohya, saya juga nyaleg. Awalnya dapat 6.000-an suara, lalu turun menjadi 900 suara,” imbuhnya.