Scrol untuk membaca
Example 728x250
Daerah

Dampak Buruk Lahar Dingin Gunung Semeru, Pemkab Lumajang Penuhi Kebutuhan Air Bersih

1132
×

Dampak Buruk Lahar Dingin Gunung Semeru, Pemkab Lumajang Penuhi Kebutuhan Air Bersih

Sebarkan artikel ini
Bupati Lumajang, Thoriqul Haq (Cak Toriq) saat meninjau lokasi di Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. (Foto: Pemkab Lumajang)

LUMAJANG, Suararakyatindo.com – Dampak buruk dari banjir lahar dingin Gunung Semeru yang melanda pada tanggal 8 Juli 2023 lalu, mengakibatkan krisis air bersih di beberapa daerah terdampak, termasuk di Dusun Cerme Kulon, Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang, Jawa Timur, merespon kondisi ini dengan memberikan beberapa solusi untuk mengatasi masalah krisis air bersih di wilayah tersebut, bahkan Bupati Lumajang, Thoriqul Haq (Cak Toriq) turun tangan.

Cak Toriq mengungkapkan bahwa akibat lahar dingin dari Gunung Semeru, sumur-sumur warga di bantaran sungai, terutama di Dusun Cerme Kulon, Desa Jatisari, Kecamatan Tempeh, menjadi kering.

Sebelum bencana ini terjadi, desa tersebut memiliki pasokan air yang cukup karena cadangan air bawah tanah dan permukaan sungai masih normal. Namun, dampak banjir menyebabkan penurunan permukaan air sungai, bahkan mengering.

Orang nomor satu di Lumajang itu menyatakan, bahwa Pemkab Lumajang telah menyusun langkah-langkah untuk mengatasi krisis air bersih ini. Salah satu solusinya adalah dengan rutin mendistribusikan air bersih ke daerah terdampak, seperti Desa Jatisari.

“Dalam beberapa hari mendatang, tangki air untuk memasok air bersih akan terus didatangkan ke Desa Jatisari. Saya juga menginstruksikan agar PDAM membuka kran umum untuk membantu kebutuhan masyarakat,” kata Cak Toriq.

Cak Thoriq juga memberikan solusi lain, yaitu melalui pemasangan meteran PDAM dengan sistem Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Langkah ini bertujuan untuk mengurangi biaya pemasangan bagi warga.

“Pemasangan meteran ini tidak akan menggunakan harga normal karena akan terlalu mahal. Perumdam Tirta Mahameru diminta untuk menerapkan sistem MBR, yaitu separuh dari harga normal. Dari Rp1 juta menjadi Rp500 ribu. Selanjutnya, dari Rp500 ribu itu, saya meminta Baznas untuk membantu separuhnya, sehingga masyarakat hanya perlu membayar Rp250 ribu,” ujarnya.

Sementara itu, Cak Toriq juga berharap bahwa solusi-solusi yang diusulkan tersebur dapat membantu mempercepat penyelesaian krisis air di Desa Jatisari.

Dengan demikian, lanjut Cak Toriq, masyarakat di daerah tersebut tidak lagi mengalami kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.

“Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengatasi masalah krisis air di Desa Jatisari dalam waktu tiga hingga empat hari ke depan,” pungkasnya.

error: Content is protected !!