Penulis: Atiqurrahman
Membaca kisah hidup Haji Agoes Salim membuat hati saya luruh. Sebab perjalanannya menjadi sumber inspirasi dan teladan bagi kita–setidaknya bagi saya pribadi.
Ia adalah sosok yang cerdas, visioner dan pejuang sejati. Ia menguasai sembilan bahasa asing, diantaranya Belanda, Inggris, Arab, Jerman, dan Jepang.
Dengan kemahiran berbahasa asing inilah ia menjadi seorang diplomat ulung dan Menteri Luar Negeri sejak tahun 1946-1949 ketika Indonesia masih berbentuk serikat.
Ia membuka sekaligus melakukan kerja sama diplomatik dengan negara-negera Timur Tengah seperti Mesir, Arab Saudi, dan Yordania agar mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Di masa mudanya, ia berani dan lantang melawan kolonialisme Belanda, sebab baginya kebijakan kolonialisme Belanda telah membuat hidup rakyat menderita dan nestapa.
Ia lalu bergabung dalam organisasi Sarekat Islam besutan H.O.S Cokroaminoto sebagai wadah perjuangannya, dan ia memainkan peran penting dalam organisasi itu. Ia berduet dengan Cokroaminoto dan meletakkan islam sebagai kerangka dasar perjuangannya.
Keduanya menyebutknya sebagai jalan sosialisme islam. Islam yang anti-penjajahan dan anti terhadap ketidakadilan, islam yang membela orang-orang tertindas dan terpinggirkan.