SUARARAKYATINDO.COM, Probolinggo- Semilir angin laut berhembus lembut di pesisir Mayangan, Kota Probolinggo, ketika ribuan warga berkumpul di tepi pantai. Suara ombak berpadu dengan alunan sholawat dan tabuhan musik tradisional mengiringi pelaksanaan Tradisi Petik Laut, sebuah ritual budaya dua tahunan yang selalu dinanti masyarakat pesisir.
Sejak pagi, kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Mayangan telah dipadati warga. Di antara warna-warni perahu hias yang bersandar, tampak wajah-wajah bahagia para nelayan dan keluarganya—menandakan rasa syukur atas rezeki laut yang mereka dapatkan sepanjang tahun.
Wali Kota Probolinggo Aminuddin turut hadir di tengah masyarakat. Dalam sambutannya, ia menyebut Petik Laut sebagai lebih dari sekadar tradisi.
“Petik Laut adalah wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki yang diberikan, sekaligus simbol kebersamaan dan gotong royong masyarakat pesisir,” ujarnya.
Menurutnya, antusiasme masyarakat tahun ini jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal itu menjadi bukti bahwa budaya Mayangan bukan hanya hidup, tetapi juga menjadi kebanggaan bersama.
“Selain menjaga warisan budaya, kegiatan ini juga mampu menggerakkan roda ekonomi masyarakat sekitar. Harapan kami, Petik Laut ke depan bisa menjadi agenda tahunan yang lebih meriah dan bermanfaat,” tambahnya.
Sementara itu, Lurah Mayangan Wisnu Setiawan menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan berlangsung selama tiga hari. Dimulai dengan Khotmil Quran dan Majengan Bersholawat, dilanjutkan Pawai Budaya dan Larung Sesaji, lalu ditutup dengan tasyakuran dan hiburan orkes Melayu.
Puncak acara tiba ketika Larung Sesaji digelar. Wali Kota bersama rombongan nelayan menaiki perahu hias menuju tengah laut. Di sana, mereka menurunkan sesaji berisi hasil bumi dan perlengkapan dapur—sebagai simbol ungkapan syukur, permohonan keselamatan, serta harapan agar laut tetap memberi berkah bagi seluruh warga Mayangan.
Bagi masyarakat pesisir, Petik Laut bukan sekadar ritual, melainkan ikatan batin antara manusia dan laut—sebuah warisan budaya yang terus hidup, mengalir bersama ombak, dan menjadi kebanggaan warga Kota Probolinggo.






