Oleh; Mas Dewa
“Kembalilah Ruh Pendidikan”
Sepanjang jalan menuju sekolah
Cita – cita kusematkan tiap pada daun – daun yang melambai
Pohonan yang berjejer mesra
Dan aku dengan langkah kaki tak beralas
Sedikit luka
Karna harus melewati sungai dengan kawanan batu yang licin dan tajam
Serta hati – hati !
Melawan arus yang cukup deras
Ketika tergelincir sedikit saja
Kami menjumpai ajal
Kematian didepan mata
Antara hanyut ditelan arus atau pasrah jadi mangsa buaya
Perjuangan kami tak sebatas menggantungkan dasi
Berpakaian rapi dan wewangi
Tapi kejamnya kebodohan
Tak mampu kami bentengi
Sebab itulah, maut bukan alasan utama
Tidak muluk – muluk kebutuhan kami
Dengan pintar, kami tak memburu kekayaan
Jangankan uang – emas
Seragam ini adalah jubah terbaik yang kami miliki
Diperoleh dari sumbangan bakti – sosial
Lalu disekolah, kami dihadapkan pada teknologi canggih
Dikirim dari kota
Mungkin hasil perundingan seluruh ahli pendidikan di negri ini
Tapi sayang
Alat itu hanya jadi hiasan digudang
Dibersihkan dari debu tiap piket pagi
Karna listrik belum sampai di pelosok sekolah kami
Sekalipun diajari secara manual tentang canggihnya teknologi
Pikiran kami hanya bisa menghayal sambil memandangi alat itu dengan mengira – ngira dan mencocokkan dengan apa yang dijelaskan oleh guru
Dan berharap, nantinya
Agar benda itu dijual saja
Untuk keperluan jalan yang kami lewati
Dibangunnya jembatan pada setiap sungai untuk sampai kesekolah tanpa kebahasan dan rasa takut
Atau sepatu untuk kami pakai
Tiris, 17 Juli 202