Puisi Sunyi
Dihadapanku ada buku dan alat komunikasi
Dengan kopi yang di hapitnya
Tapi mata ini terbelalak pada siaran televisi
Tanpa menghiraukan ketiganya
Seperti isi kepalaku
Ada sekolah yang harus kuselesaikan
Ada masalah yang kuhadapi
Ada kehidupan yang harus kulalui
Dan ada dirimu disetiap sajakku
Yang senantiasa menggerutu
Pun menggelitik asmara dihatiku
Lalu serupa melati
Kau tak habisnya semerbak
Ku petik,
Agar tak ada orang lain yang mencumbuimu
Cukup aku saja
Bila nanti kau layu
Rebahlah senyaman mungkin
Karna akupun tergeletak diharibaanmu
Dirimu ialah bunga impian
Sedang diriku ialah kelopak ditengah harapan
Pada setiap doa dan penantian
Serupa Berdua
Hening redup malam ini
Dibawah sorot lampu kota
Berjejer rindu
Berbaris duka
Di sepanjang garis aspal
Aku duduk disimpang jalan
Dan disisi lain dirimu sedang termangu
Mananti kabar,
Surat, telephone, e – mail, ataupun hanya sekedar salam
Ternyata tiada!
Sebenarnya kita saling menatap
Mata kita bertemu
Di alam imajinasi
Dalam khayal
Hal itulah yang disayangkan
Menderu hati ini ingin bertemu
Saling memanja
Berbagi cerita
Apapun itu!
Tapi kenyataan bertindak lain
Kita dihalang dinding kota yang berbeda