SUARARAKYATINDO.COM- Kaisar Abu Hanifah Lahir di Probolinggo, 27 November 1981. Kaisar tumbuh dan besar di lingkungan pesantren. Sejak kecil ia sudah menempuh pendidikan di Pesantren alias menjadi santri di Pondok Pesantren Nahdlatut Tholibin Blado Wetan, Banyuanyar, Probolinggo. Sembari nyantri, Kaisar menempuh pendidikan Madrasah
Ibtidaiyah (MI/SD) hingga MTS/SMP di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’rif NU Maron Probolinggo.
Selepas itu, ia melanjutkan pendidikan formalnya ke Madrasah Aliyah (MA) setara SMA di Ponpes Zainul Hasan Genggong. Meski tumbuh sebagai anak desa, Kaisar pantang menyerah untuk menggapai cita-citanya hingga ke perguruan tinggi. Ia pun memantapkan pilihannya ke salah
satu perguruan tinggi terfavorit di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu, IAIN kini UIN Sunan Kalijaga di Jurusan Akidah dan Filsafat.
Kaisar Abu Hanifah aktif berorganisasi sejak remaja. Ia jalani sejak masih duduk di bangku MTS/SMP. Sekolah sambil nyantri tidak menghalangi aktivitasnya yang aktif sebagai Pengurus Anak Cabang (PAC) IPNU Maron Probolinggo, lalu jadi Pengurus Cabang IPNU Kraksaan. Kegetolannya di dunia organisasi berlanjut ke kampus hingga mengantarkan dirinya menduduki pucuk pimpinan organisasi tertinggi; Presiden Mahasiswa (Presma) pada 2005-2007.
Kaisar pernah bercita-cita ingin menyatukan gerakan mahasiswa kampus se-Indonesia. Ia pun mewujudkan dengan mengundang dan menyatukan seluruh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) seluruh Indonesia pada 2006. Di situlah deklarasi BEM Nusantara pertama kali terjadi dan membuat nama Kaisar terus menyuakan ke tingkat nasional.
Sebelum menjabat Presma di IAIN; kini UIN Sunan Kalijaga, Kaisar menempa diri di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Yogyakarta sejak tahun 2001. Ia aktif menjadi pengurus PMII mulai dari tingkat rayon hingga cabang.
Pada 2009 Kaisar memantapkan diri hijrah ke Jakarta dengan mengawali karirnya menjadi Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) sejak tahun 2011-2013. Selepas dari PMII, ia aktif jadi anggota Biro Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) sejak 2015 hingga sekarang. Di samping itu, Kaisar juga menjabat sebagai Ketua Bidang Kaderisasi Dewan Koordinator Nasional (DKN) Garda Bangsa periode 2020-2025.
Sejak 2019, pria yang sempat menjadi Staf Kementerian Desa PDTT RI ini bekerja sebagai Staf Ahli Ketua Komisi VI DPR RI. Disela-sela kesibukan lainnya, ia juga menjabat sebagai Komisaris Utama di PT. Duta Karsa Persada dan Komisaris PT. Barokah Sumber Joyo.
dan kini Kaisar Abu Hanifah berniat mendedikasikan diri sebagai Anggota DPR RI, dengan maju menjadi calon anggota legislatif pada pemilu 2024, dari daerah pemilihan Daerah Istimewa Yogyakarta.
PROFIL PARTAI KEBANGKITAN BANGSA
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah partai politik yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama sebagai respon terhadap aspirasi umat pada reformasi politik 1998. Dikawal oleh Tim Lima yang diketuai oleh KH Ma`ruf Amin (Rais Syuriah/Koordinator Harian PBNU), wacana pembentukan partai politik berbasis NU akhirnya terwujud dan dideklarasikan oleh KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) beserta KH. Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri dan KH A. Muchith Muzadi. Dengan menjunjung tinggi semangat keagamaan dan kebangsaan, PKB adalah partai politik yang bersifat kejuangan, terbuka dan demokratis. Bersama Gus Dur, PKB menjadi kekuatan politik terdepan untuk “Merawat Tradisi, Menjaga NKRI”.
PEMILU 2024,PKB MENYIAPKAN KADER-KADER POTENSIAL UNTUK MAJU SEBAGAI ANGGOTA LEGISLATIF
Menyambut Pemilu 2024, PKB menyiapkan kader-kader potensial untuk maju sebagai
anggota legislatif dari tingkat pusat hingga kabupaten/kota. PKB juga mendukung penuh Ketum Muhaimin Iskandar sebagai kader terbaik untuk maju sebagai Calon Presiden 2024-2029. Di bawah kepemimpinan Cak Imin perolehan suara PKB dalam dua pemilu terakhir mengalami tren peningkatan. Pada Pemilu 2014 PKB meraiih 11,29 juta suara (9,04%), bertambah menjadi 13,57 juta suara (9,69%) pada Pemilu 2019.
Perolehan kursi juga meningkat menjadi 58 kursi dari sebelumnya sebanyak 47 kursi. PKB juga menjadi aktor utama dalam mengampanyekan duet Jokowi (umara) dan KH. Ma’ruf Amin (ulama) untuk kepemimpinan nasional. Komposisi kepemimpinan yang membawa kesejukan dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara, di tengah menguatnya politik identitas dan populisme beberapa waktu terakhir