Oleh: Mas Dewa
Kisah dan Do’a Ibu
Aku tak elaknya hanya selembar kertas kosong yang hanyut dibawa arus terjal
Jika tanpanya,
Maka aku tinggal serpihan.
Cukup mendung pagi ini
Embun menyelimuti amarah kaum rebahan
Yang selalu di sibukkan oleh keadaan
Di porak – porandakan oleh cemoohan
Ia terus saja mencari jalan
Menuju tujuan yang hendak dituju
Meski tak pasti
Langkah kecil mendampingi keyakinannya
Entah sudah sampai mana
Jalanan tak memberi keterangan yang jelas
Perihal perjalanan ini
Sudah hampir sampai atau masih jauh lagi
Apa peduli ?
Waktu mengambil alih jarak yang panjang
Membentangkan masa
Dari masih orok hingga mengenal patah hati
Semuanya selesai secara tiba – tiba
Tinggal rasa dan harap yang membekas
Belum menemukan kerelaan
Tapi itu hanya butiran keluh – kesahku, Ibu
Jika dibanding dengan kasihmu yang seperti samudra
Jika diukur dengan sayangmu yang membentang luas
Dan bersama uraian kalimat ini aku rangkai
Air mata bercucuran di pipi mungil anakmu ini
Mengingat dan mengenang
Sedih yang terpernah ditampakkan
Capek yang selalu berganti keriangan
Tutur sapa yang terus memberi ketenangan
Sangat halus menyimpan rahasia keresahanmu, Ibu.
Tapi aku tau
Dan itu menjadi jimat dalam perjalanan anakmu ini
Bahwa, tidak ada yang benar – benar peduli terhadap kita selain diri kita sendiri yang mengasihi jasad secara utuh dan rohani secara sempurna