Kolom  

Puisi Salman Alfarisi, “Kanjuruhan Berdarah”

Puisi Salman Alfarisi, "Kanjuruhan Berdarah"
Jiwaku sangat tinggi untuk membantu satu dengan yang lain. (Foto; Istimewa)

Oleh; Salman Alfarisi 

Kanjuruhan Berdarah

Sudah dikalamkan, jika unsur kemanusiaan adalah kiblat, maka tak akan ada pertikaian

Jika kepentingan di tuntut harus tercapai maka tumbal harus di sediakan

Mereka yang buta hati tak mampu melihat ujung dan batasan.

Jika hidup hanya di ukur dengan rasa kenyang
Lantas kapan kepuasan ambisi dan hati itu terkabulkan?

Baca Juga:  Abad ke-2 Abad NU dan Masa Depan perjuangan PKB

hati akan ditenteramkan dengan negosiasi dan kebijaksanaann
Namun manusia justru pilih jalan lain, pilih bertuhan pada kepentingan hingga menghilangkan makna kemanusiaan

Perlu di Ingat juga bahwa yang datang menghampiri hanyalah fatamorgana,
Ibarat senja yang kemudian tak lama datang gelap gulita

Kobaran kebringasan dari manusia dengki menjadi jadi, silaunya begitu mengharukan hati

Baca Juga:  Profil Singkat Sang Penggerak, Kaisar Abu Hanifah

Semoga goncangan dari hamparan nyawa yang melayang, mengingatkan betapa pentingnya merawat kebersamaan

Doa adalah jalan membersamai tragedi kanjuruhan

Madura oktober 2022

Penulis adalah penyair muda kelahiran madura yang hidupnya di huni oleh lumbung rasa

Tinggalkan Balasan