Oleh: Tan Hamzah
Kali Progo
Masih jernih warna tangismu
Mengalir deras di pipi Kali Progo
Saat pasir, tanah, dan rumah
Mudik ke jantung kota
Menjelma hotel-hotel megah
Tol jalur selatan
dan kemeriahan Malioboro
masih jernih tangismu
mengalir deras ke pantai selatan
saat ikan-ikan di tubuhmu yang gemuk
mulai mati kelaparan
tertimpa mesin-mesin berat
saat tiada lagi tangismu yang jernih
mengeruhkan samudera
melipat ombak bergelombang
tangismu semakin keruh
tiada tisu yang bisa mengusapmu
hanya tawa anak kecil yang silih berganti memanjakan arusmu
September
dan hujan telah kehilangan jadwal
saat kemarau enggan mampir di teras bibirmu
memanjakan bunga melati putih
yang berselimut kafan
menunda kencan burung-burung
kesunyian bernyanyi riang gembira
dibawah rintik hujan
yang menjatuhkan diri dari genteng bulu matamu
apakah hujan kini telah lupa waktu
atau hujan sengaja tidak pulang
memilih tinggal di senyummu yang teduh
agar musim kian gelisah
oh betapa serakahnya hujan itu
aku cemburu
Bulan
Bulan yang datang padamu
Membawa nyeri pinggang
Dan pegal di aku
Kabar Burung
Pagi itu
Seekor burung memberiku kabar
Kabar burung!
Kicau-kicaunya!
Memberi tahu seolah sedang kacau
Kawannya telah hijrah
Menuju sangkar
Menuju pohon lain
Menuju ajal
Dia sendirian
Lalu aku bertanya pada burung itu
“mengapa kau sendirian?”
Burung itu menjawab
“kawanku telah pergi, tolong percaya aku, meski ini kabar burung”