OLEH; TAN HAMZAH
VXI
Ia bangun mendahului merah fajar
Sambil menyiapkan sekeranjang buah pisang
Yang kuning merona
Bagai tangisan sepasang muda yang kasmaran
Lalu menerobos gelapnya jalan setapak yang sepi
Melangkah hati-hati diantara rumput yang tertidur pulas
Dan bunga yang setengah mekar
Lima kilo ia jalan kaki
Menuruni perbukitan yang diselimuti kabul tebal
Dan embun yang kedinginan
“mereka sedang solat malam, mereka sedang sujud, dan aku harus menjemput rejekiku di tepi pasar maesan”
Sampai di pasar
Ia membariskan pisang-pisang itu
Bagai sekelompok pleton barisan
Yang berjejer rapi, siap menerima perintah dari komandan
“satu sisir pisang ambon/5000”
“satu sisir pisang raja/20000”
“satu sisir pisang mas/3000”
Satu persatu pisang itu laku
Menjelang pukul 06.00
Dagangannya habis terjual, ia kembali pulang
Di tengah jalan ia menyapa bunga yang baru mekar utuh
Revolusi
Malam telah mulai bersulang
Menenggak arak dari manis senyummu yang memabukkan
Sambil bercerita tentang gadis gadis Teheran
Yang melepas jilbabnya
Lalu melemparnya pada jubah Khomeini
Juga bercerita tentang anak-anak Afghanistan
Yang membuat bom dari roti gandum
Revolusi katamu, sambil mengangkat gelas
Reina
Kau berlindung di balik kerudung hitam manis dan lucu
Sambil menghisap rokok kretek ke tiga
Sambil membaca zetkin
Sambil mengorek-ngorek kata ilmiah dan bersahaja
Kau berlindung juga dibalik sweater warna putih tulang
Sambil menahan angin timur
Sambil menahan jam larut
Kau berlindung dibawah manis senyummu