Oleh: Atiqurrahman
Terima kasih Pak Surya Paloh. Karena Anda telah membuat sejarah baru bagi perpolitikan negeri ini. Anda telah memberikan kesempatan pada dua anak muda cerdas untuk memimpin negeri ini.
Duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ini, merupakan pasangan ideal bagi negeri ini. Sebab keduanya sama-sama mempunyai pemikiran dan komitmen untuk masa depan negeri ini.
Bagi Surya Paloh, sosok keduanya saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain. Ibarat sebuah “botol dengan tutup botolnya”, itulah metafora Surya Paloh dalam menggambarkan keduanya.
Salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Bang Surya bagi keduanya adalah soal komitmen atas persatuan, keberagaman dan kebhinekaan. “Kita boleh berpolitik dan mengejar kekuasaan, tapi jangan sampai kita merusak fondasi rumah bangsa ini”, ucapnya.
Bagi saya, tindakan politik Surya Paloh itu mencerminkan sikap kenegaraannya. Ia telah meletakkan persatuan dan kebhinekaan diatas kepentingan politiknya.
Sebagai politisi senior yang memilih gagasan restorasi untuk masa depan dan kemajuan Indonesia, maka ia layak menjadi “figur negarawan” bagi bangsa ini.
Persamaan Anies dan Cak Imin.
Duet pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ini memiliki kecocokan dan kesamaan sejarah diantara keduanya. Tentu ini menjadi modal penting untuk membawa masa depan negara ini lebih baik, maju dan adil.
Pertama, kita tahu, keduanya adalah sama-sama lahir dari rahim dunia aktivisme. Kanda Anies dari HMI, sedangkan Sahabat Muhaimin dari PMII. Dan saya yakin, sikap idealisme masih terpatri dalam diri keduanya.
Tak hanya itu, keduanya juga sama-sama jebolan alumni Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta. Anies alumni Fakultas Ekonomi, tahun 1995. Sedangkan Cak Imin alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), tahun 1991.
Dengan aktif di organisasi mahasiswa yang berbeda, tentu saja keduanya memiliki cerita dan sejarahnya sendiri. Namun, yang jelas, keduanya menjadi pentolan di organisasinya masing-masing.
Anies merupakan salah satu kader intelektual yang cukup berpengaruh dalam tubuh organisasi HMI. Ini terlihat dari banyaknya forum-forum HMI yang mengundang Anies sebagai narasumbernya.
Sedangkan Cak Imin pernah menjabat sebagai ketua cabang PMII Yogyakarta tahun 1991. Dan juga mantan ketua umum PB PMII tahun 1994. Kontribusi Cak Imin cukup besar bagi organisasi PMII. Cak Imin telah mampu meletakkan suatu kerangka nalar berfikir sebagai dasar pergerakan PMII; yakni paradigma kritis.
Kedua, Anies dan Cak Imin sama-sama sebagai pemikir sekaligus penulis. Anies adalah seorang pemikir yang cerdas. Ia selain mantan Rektor Paramadina, juga seorang penulis yang handal.
Salah satu karya buku monumentalnya adalah “Merawat Tenun Kebangsaan”. Buku itu sebuah refleksi Anies terkait soal kepemimpinan, persatuan, keberagaman hingga soal demokratisasi di Indonesia.
Cak Imin, juga seorang penulis yang lihai. Ia, selain organisatoris, juga pernah sebagai wartawan Tabloid tahun 1990an. Setidaknya ada beberapa buku yang lahir melalui tangan dinginya.
Diantara karya bukunya adalah “Gus Dur, Islam dan Kebangkitan Islam (2007), Negara dan Politik Kesejahteraan (2021) dan terakhir Visioning Indonesia; Arah Kebijakan dan Peta Jalan Kesejahteraan (2022).
Ketiga, keduanya sama-sama cucu pahlawan bangsa Indonesia. Kita tahu, Anies adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan. Beliau memiliki andil besar atas kemerdekaan republik Indonesia.
Dalam literatur sejarah, AR Baswedan ini menduduki berbagai jabatan strategis, mulai dari anggota BPUPKI, Wakil Ketua Menteri Muda Penerangan Kabinet Syahrir, seorang Diplomat hingga Anggota Dewan Konstituante.
Sedangkan Cak Imin merupakan cucu dari Kiyai Bisri Syansuri. Seorang Kiyai pejuang kemerdekaan dan sekaligus pendiri organisasi Nahdhatul Ulama.
Dalam buku “Kiyai Bisri Syansuri, Tegas Ber Fiqih, Lentur Bersikap”, karya Abdusalam Shohib dkk, dijelaskan bahwa, Kiyai Bisri pernah terlibat dalam perjuangan angkat bersenjata bersama pasukan Hizbullah untuk mengusir para penjajah. Kemudian, beliau diangkat sebagai ketua Hizbullah Jawa timur yang bermarkas di Jombang.
Kendati demikian, saya melihat, duet pemimpin muda Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar adalah pasangan politik yang tepat dan dibutuhkan oleh bangsa saat ini.
Anies dan Cak Imin mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang masih terserak di negeri ini. Terutama soal kemiskinan dan ketimpangan ekonomi yang menjadi pekerjaan rumah yang hingga saat ini belum menemukan solusinya.
Oleh karena itu, mari dukung dan pilihlah Anies dan Cak Imin sebagai presiden dan wakil presiden republik Indonesia. Saya yakin, masa depan Indonesia akan lebih cerah, dan rakyatnya akan makmur, adil, dan sejahtera. Ayo kita AMIN kan bersama-sama.