Oleh: Jayek
“Gadis Kemarin Sore”
Sore itu, terlihat seorang gadis berkerudung jingga, duduk di bantaran sungai yang airnya mengalir tenang. Ia meratapi dirinya yang nampak memantul di permukaan air.
Gadis itu menghela nafas dalam-dalam, sangat dalam. Pakaian muslimah syar’i bermotif bunga yang dikenakannya, ia biarkan terhempas angin dan basah oleh percikan air di antara bebatuan.
Helaan nafasnya semakin dalam, suaranya pun terdengar begitu berat. Diam-diam rintikan hujan air mata membasahi savana pipinya yang sejak tadi mulai merekah di hadapan senja.
“Aku telah ikhlas,” suara gadis itu lirih terucap.
Lalu, suara itu tenggelam bersama isak tangisnya dan hilang bersama riuh suara desiran angin di ujung senja.
Probolinggo,…..
Kau Harus Tau!
—Tanpa-Nya:
Bayangmu tak lagi subur; aromamu tak lagi wangi; daunmu berguguran; tangkaimu rapuh dan runtuh; parasmu tak lagi teduh
Kau tak ubahnya Durgandini yang memanfaatkan surupa dan kulina untuk menaklukkan banyak orang. Namun Semesta bagai Dewi Kunti yang tak bisa disiasati.
Lambat-laun kau akan serupa akar yang tak mau mengakar. Hingga kering dan perlahan tumbang mengecup kematian.
Probolinggo,…..
“Kesunyian”
Setelah kepergiannya
Aku sering melihat peta bola dunia
Dan menatap rapat pada salah satu wilayah
dimana tempat ia berada
Aku juga mulai menggambar sebuah negara
Yang belum pernah ku kunjungi sebelumnya
Dan mereka-reka denah tempat mukimnya disana
Meski aku tak tau persis seperti apa
Semenjak itu, sunyi
sunyi sering menghampiriku
Dingin mengigil kembali menghantui malamku
Asal kau tau! ! !
Hari-hariku menjelma musim salju
Probolinggo,…..