SUARARAKYATINDO.COM, JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkap sejumlah faktor yang mendorong harga cabai merah keriting (CMK) melonjak hingga rata-rata Rp60.767 per kilogram (kg) di tingkat konsumen.
Menurut Arief, tren fluktuasi harga cabai ini masih dipengaruhi faktor cuaca. Curah hujan tinggi dan angin kencang di sejumlah daerah berdampak pada produktivitas tanaman cabai.
Selain itu, peralihan sebagian petani dari cabai merah keriting ke cabai rawit merah turut mengurangi pasokan.
“Kondisi cabai merah keriting hari ini, seperti tren-tren pada tahun sebelumnya, memang sedang berfluktuasi. Curah hujan dan angin kencang mempengaruhi tanaman sedulur petani cabai kita,” ujar Arief dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (24/9).
Data Bapanas per 23 September mencatat harga rata-rata CMK di tingkat produsen Rp51.662 per kg, sementara di tingkat konsumen mencapai Rp60.767 per kg, melampaui harga acuan pembelian (HAP) maupun harga acuan penjualan.
Namun, sejumlah daerah produsen seperti Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan masih menjual pada kisaran HAP produsen Rp22 ribu–Rp29.600 per kg.
Untuk menekan gejolak harga, Bapanas mendorong sinergi pemerintah daerah melalui program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) serta memperluas operasi pasar murah lewat Gerakan Pangan Murah (GPM).
“Mari kita ciptakan keterhubungan antardaerah,” tegas Arief.
Selain itu, Arief juga menyoroti penurunan Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) yang anjlok 6,21 persen menjadi 122,89 pada Agustus 2025, setelah sempat menembus level tertinggi empat tahun terakhir di angka 131,04 pada Juli. Kondisi ini disebut menjadi tekanan tersendiri bagi pendapatan petani cabai.
Bapanas memperkirakan harga cabai merah keriting masih akan berfluktuasi setidaknya hingga sebulan ke depan. Karena itu, koordinasi antardaerah dan intervensi pasar disebut menjadi langkah krusial untuk menjaga kestabilan harga.






